Setan Merah Mengusik Kota Paris

 Laga club papan atas Eropa, Champions League, bagi manchester united (MU) baru saja dimulai. Dalam babak penyisihan grup, game pertama MU langsung berhadapan dengan juara liga Prancis, PSG. Tim ibu kota Prancis tersebut tentu sangat diuntungkan sebab dilaga pertama ini mereka berlaku sebagai tuan rumah. Belum lagi predikat juara liga prancis yang mereka emban menambah kepercayaan diri tim kota Paris tersebut. Sedangkan MU datang dari Premier League dengan posisi keempat pada musim 19/20. Tapi hal tersebut tentu tidak mengurangi kepercayaan diri punggawa MU bahkan menjadi ajang untuk pembuktian kebolehan.

Ada nada-nada pesimis yang dilontarkan media di Inggris terhadap MU. Kekalahan di Old Trafotd 1-6 dari Totenham Hotspur sepertinya tidak ada ampunnya. Ole Gunar, pelatih MU dicerca habis bahkan ditekan agar hengkan dari Teater of Dream sebab metode latihannya dinilai masih sangat basic dan minus kreativitas. Ruang ganti MU terus diberitakan oleh media dengan provokasi yang tajam.

Kemenangan MU atas tim tuan rumah New Castle pekan lalu juga belum mampu menghapus kekalahan telak MU atas Totenham pekan sebelumnya. Barangkali ini memang sifat dasar manusia dan media yang lebih banyak merekam hal buruk dari pada optimisme dan cerita tentang hari depan.

Ole, pelatih MU, tidak banyak menanggapi provokasi-provikasi media dan komentator lainnya. Dia lebih fokus pada upaya peningkatan perfoma timnya. Ole memang bukan tipe yang kontroversial seperti Jose. Kekalahan lebih dilihat sebagai ‘nature of game and part of game.’ Tentu tidak ada yang bisa memperbaiki hal yang sudah lalu tapi mereka bisa belajar dari kesalahan dan kekalahan.

Bruno Fernandes pemain yang relatif baru di MU tapi telah menunjukkan kualitasnya juga mengomentari provikasi tersebut dengan positif. “Silahkan media menulis apa saja tapi jangan menggunakan namanya untuk memperkeruh situasi” imbuhnya disalah datu media online tanah Britania

Tour de France akhirnya dilaksanakan dalam rangka laga perdana liga Champions bagi MU musim 20/21. Bruno Fernandes ditunjuk sebagai captain sebab Henry Maguire tidak serta dalam tour akibat cidera.

MU Menang

Pertandingan yang dihadiri oleh ribuan kursi kosong penonton tersebut berjalan dengan alot. Masing-masing tim menunjukkan kemampuan terbaiknya. Kejadian fatal terjadi ketika bek PSG melanggar striker MU, Martial, di dalam kotak pinalti.

Bruno Fernandes menjadi eksekutor pinalti tersebut. Sempat gagal karena tendangannya berhasil di blok oleh keeper PSG, Keylor Navas. Tapi dari pantaun wasit keempat, VAR, sang keeper melakukan pelanggaran dan dilakukan tendangan pinalti ulang dan Gol. Babak pertama MU unggul dengan berbagai adu jual serangan setelahnya.

Pada babak kedua MU terus ngotot menyerang tanpa kendor sedikitpun terutama di sisi pertahanan. Absennya Henry Maguire tidak mengurangi mutu pertahanan MU justru terlihat lebih solid dan sulit terlwati. Bek-bek MU, Wan Bissak dan Tuanzebe begitu solid membentengi gempuran Mbepe, Neymar dan Dimaria. Beberapa penyelamatan gemilang De Gea membuat pertahanan MU sulit ditembus.

Hanya satu yang tidak dapat diantisipasi ketika goal PSG justru datang dari kesalahan sundulan Anthony Martial. Tendangan Pojok yang dilakukan Neymar mengecoh DeGea yang tidak menyangka bola bersarang dijalanya dari kepala Martial.

Tapi dasar Setan Merah, selalu tahu kapan cela yang tepat untuk melakukan pencobaan. PSG yang baru saja diuntungkan dari own goal MU sepertinya menjadi lengah dan tidak mengapit Marcus Rashford dengan baik. Alhasil Rashford berhasil mencetak gol pada menit jelang laga usai di pojok kanan gawang Navas. Gol, MU unggu 1-2.

Membungkam Kritik dengan Performa Apik

Kemenangan MU atas PSG mungkin tidak akan menjadi berita besar di tanah Britania Raya. Media-media Inggris paling sulit mengapresiasi kinerja seseorang terutama yang tidak konsisten. Kemenangan-kemenangan tim-tim besar bahkan sering kali menerima komentar pedas lainnya. Begitulah mereka menciptakan ketidaknyamanan bagi banyak manager, pemain dan pemilik club sehingga tetap produktif, kretif, dan mengeluarkan kemampuan terbaiknya dalam menangani tim besar seperti MU. Media-media telah menjadi bagian yang tidak terpisahkn dari industri sepak bola di Inggris.

OSG yang pada dasarnya tidak terlalu suka dengan mencari sensasi di media tentu tidak juga akan menjadi pongah dengan kemenangan tersebut. Ia pasti senang, para pemain pasti senenang, begitu juga seluruh manajemen team. Tapi sepertinya mereka akan lebih fokus pada persiapan pertandingan selanjutnya.

MU #BackToTheStageWhereTheyAreBelong, liga Champions. Mereka telah tampil memesona di Paris dengan membawa 3 poin ke Old Trafford. Mereka telah mengusik kota Paris dengan permainan yang menawan sembari terus menebar ketakutan bagi tim lain yang akan mereka hadapi. Glory Glory ManUnited!

MU sendiri dalam babak fase grup ada di grup H bersama PSG, RB Leibzig, Istambul Basaksehir. Setiap club tentu memiliki peluang yang sama untuk menang. Tapi hanya club dengan tradisi besar umumnya yang bisa bertahan dan keluar sebagai juara. MU adalah club dengan tradisi besar itu, tapi untuk juara itu kita bisa bicara nanti.

Comments